Notification

×

Iklan

Iklan

Mengenal Kesultanan Tayan, Pemerintahan Islam di Kalimantan Barat

Sabtu, 24 Agustus 2019 | Agustus 24, 2019 WIB Last Updated 2022-07-12T12:03:01Z
Hari Selasa tanggal 27 Agustus 2019 nanti, Desa Pedalaman Kecamatan Tayan Hilir rencana akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Bursa Inovasi Desa (BID) Cluster IV yang melingkupi Kecamatan Tayan Hilir, Meliau dan Toba. Lokasi pelaksanaan BID disepakati di situs bersejarah di Tayan, yakni di kompleks Keraton Tayan. Sebagai lokasi tempat penyelenggaraan event special ini, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu sejarah Keraton Tayan seperti dipaparkan di bawah ini.

Kesultanan Tayan adalah salah satu kerajaan bercorak Islam di Indonesia, yang berpusat di wilayah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Pendiri pemerintahan di Tayan adalah Gusti Lekar, yang oleh sebagian kalangan diyakini sebagai keturunan dari Raja Majapahit. Gusti Lekar berasal dari kerajaan Matan, pecahan dari kerajaan Tanjungpura, yang pernah berkuasa di wilayah Kalimantan Barat. Kerajaan Matan adalah wilayah taklukan kerajaan Majapahit masa pemerintahan Hayam Wuruk.


Gusti Lekar adalah anak kedua dari Raja Matan, yaitu Panembahan Dikiri. Gusti Lekar bukanlah putra mahkota kerajaan Matan sehingga ia tidak dapat berkuasa di wilayah tersebut. Kepemimpinan di kerajaan Matan kelak akan diberikan kepada putra pertamanya, yakni Duli Maulana, bergelar Sultan Muhammad Syarifuddin.

Kedatangan Gusti Lekar ke wilayah Tayan, bermula dari perintah yang diberikan oleh Raja Matan agar ia mengamankan upeti dari rakyat Tayan untuk diberikan kepada pemerintahan Matan. Pengiriman upeti daerah Tayan kerap mengalami keterlambatan, sehingga raja mengutus Gusti Lekar untuk menyelidikinya. Atas bantuan dari orang-orang Suku Dayak yang mendiami wilayah Tayan, Gusti Lekar berhasil mengamankan upeti untuk kerajaan Matan.


Gusti Lekar memilih untuk meninggalkan kerajaan Matan karena ia sering menemukan perselisihan di internal kerajaan itu. Bersama dengan beberapa kerabat dan para pengikutnya, Gusti Lekar pergi menuju wilayah Tayan. Di sana ia membentuk komunitas masyarakat, tetapi belum berbentuk pemerintahan. Setelah Gusti Lekar wafat, kepemimpinan komunitas di Tayan dilanjutkan oleh putranya, dan begitu seterusnya hingga komunitas di Tayan itu berubah menjadi kerajaan.

Wilayah Tayan resmi membentuk sebuah kerajaan ketika berada di bawah kepemimpinan Gusti Kamaruddin, atau Pangeran Suma Yuda. Ia dinobatkan sebagai raja pertama Tayan pada 1780. Meskipun sudah berbentuk kerajaan, tetapi penguasa Tayan tidak memakai gelar raja atau sultan, melainkan pangeran atau panembahan. Hal itu dilakukan untuk menghormati kerajaan Matan, Tanjungpura, dan Majapahit, sebagai penguasa di wilayah Kalimantan Barat.

Singgasana Kesultanan Tayan

Kesultanan Tayan pernah terlibat perselisihan dengan beberapa kerajaan di Kalimantan, seperti kerajaan Landak, kerajaan Pontianak, dan kerajaan Sanggau. Mereka pun sempat berselisih dengan orang-orang Tionghoa yang datang dari wilayah Bengkayang. Bahkan wilayah Tayan diklaim menjadi milik pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1858. Hubungan antara Tayan dengan Belanda sudah terjadi sejak masa pemerintahan Panembahan Nata Kusuma (1809-1825). Setelah Indonesia merdeka, kesultanan Tayan masuk dalam pemerintahan Indonesia pada masa Gusti Ismail atau Panembahan Pakunegara.

Gusti Ismail mewarisi tahta kerajaan setelah mangkatnya Gusti Jafar dan Gusti Makhmud yang menggantikannya sebagai ahli warisnya. Namun, kerajaan jatuh pada tahun 1944 setelah menjadi korban kolonialisme Jepang.

Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Gusti Ismail dinobatkan menjadi Panembahan Kerajaan Tayan dengan gelar Panembahan Paku Negara. Tahun 1960, beliau masih memerintah dan merupakan pemerintahan swapraja terakhir. Gusti Ismail kemudian menjabat sebagai wedana di Tayan. Ibu kota kewedanaan kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas Kerajaan Tayan menjadi ibu kota Kecamatan Tayan Hilir.

Ruang Dalam Keraton Tayan

Ruang Sidang Keraton Tayan

Kamar Pusaka Keraton Tayan

Raja Kerajaan Pakunegara Tayan terakhir, Gusti Ismail, mangkat pada 23 November 1967. Sesuai amanat Ratu Tayan, Utin Nursinah, tampuk kekuasaan akan diserahkan kepada Gusti Yusri. Gusti Yusri sendiri merupakan putra bungsu Raja Tayan XIII yang berprofesi sebagai jurnalis.

Gusti Yusri (Raja Tayan XIV)

Gusti Ismail mempunyai 16 orang putra, tiga di antaranya merupakan putri. Kini usia Ratu Tayan sudah 90 tahun. Atas amanat yang merupakan titah kerajaan tersebut, Gusti Yusri akan menjabat sebagai Raja Tayan XIV. Penobatan Gusti Yusri sebagai Raja Tayan XIV dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Mei 2012 di Keraton Pakunegara Tayan.

Gusti Yusri  saat penobatan sebagai Raja Tayan XIV

“Kerajaan Tayan ini bukan pemerintahan di dalam pemerintahan. Ini mutlak meneruskan salah satu budaya yang nilainya tak bisa dihargai dengan apapun karena sejarah. Ini bukan jabatan gagah-gagahan dan merupakan amanat yang cukup berat,” tukas Gusti Yusri, 45 tahun. Dia mengharapkan dapat melestarikan khasanah budaya dan sejarah bangsa di Kalimantan Barat.

Keputusan penobatan Gusti Yusri sebagai Raja Tayan disampaikan melalui surat yang dibacakan di depan keluarga dan Ketua Majelis Kerajaan Nusantara Kalimantan Barat, Pangeran Ratu Gusti Suryansyah, yang tak lain merupakan Raja Kerajaan Ismahayana Landak, dengan didampingi sekjennya, Syarif M Herry, dari Kesultanan Kadriah Pontianak.

Raja di Kerajaan Tayan merupakan keturunan dari anak cucu Panembahan Gusti Lekar dengan silsilah raja sebagai berikut:  
Gusti Lekar bin Gusti Dikiri Kusuma (1683-1718 Masehi);
Gusti Gagok bin Gusti Lekar (1718 -1751); 
Gusti Ramal bin Gusti Gagok (1751 - 1780);
Gusti Kamarudin bin Gusti Ramal (1780 - 1812);
Gusti Mekah bin Gusti Kamarudin (1812 -1825);
Gusti Repa bin Gusti Kamarudin (1825 - 1828);
Utin Blondo binti Gusti Repa (1828 - 1855);
Gusti Inding binti Ratu Utin Blondo (1855 - 1873);
Gusti  Karma binti Ratu Utin Blondo (1873 - 1880);
Gusti Muhammad Ali bin Gusti Karma  (1880 - 1905);
Gusti Tamdjid bin Gusti Muhammad Ali (1905 - 1929);
Gusti Dja'far bin Gusti Tamdjid (1929-1944);
Gusti Ismail bin Gusti Tamdjid (1944 - 1967).


Sumber:
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/kesultanan-tayan-pemerintahan-islam-di-kalimantan-barat
https://nasional.tempo.co/read/401694/kerajaan-tayan-kalimantan-barat-nobatkan-raja-baru/full&view=ok
https://keratonpakunegaratayan.wordpress.com/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tayan
https://situsbudaya.id/kerajaan-tayan-kalimantan-barat/
https://kalbar.antaranews.com/berita/303072/raja-tayan-yang-terlahir-kembali
×
Berita Terbaru Update