Pada umumnya yang diidam-idamkan masyarakat desa dalam kehidupan mereka adalah lancarnya transportasi untuk keperluan sehari-hari mereka seperti untuk pergi ke sawah, ke kebun, anak-anak pergi sekolah, akses keluar desa atau keperluan lainnya. Salah satu yang menjadi kendala kelancaran transportasi di desa yakni minimnya keberadaan jembatan, khususnya untuk daerah-daerah yang banyak sungai. Minimnya jumlah jembatan di desa biasanya karena faktor biaya yang tinggi dalam pembuatan jembatan, terutama desa yang memiliki sungai relatif lebar dan dalam.
Alternatif solusi yang ditawarkan terhadap masalah biaya yang tinggi dalam pembuatan jembatan yakni dengan membuat jembatan gantung dengan konstruksi pilon dari kayu. Pilihan konstruksi pilon dengan kayu dengan pertimbangan di daerah-daerah perdesaan biasanya tersedia potensi lokal kayu dengan kelas kuat dan kelas awet yang baik. Pilon dengan konstruksi kayu juga tidak memerlukan teknologi tinggi ataupun alat khusus dalam pembangunannya, cukup tukang kayu yang berpengalaman bisa mengerjakannya.
Dalam merancang desain jembatan gantung dengan pilon konstruksi kayu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Lokasi rencana jembatan diupayakan pada alur sungai dengan lebar minimal sehingga biaya pembuatan jembatan lebih ekonomis, karena semakin panjang bentang jembatan berarti akan semakin menambah biaya untuk material maupun upahnya.
2. Posisi lokasi rencana jembatan juga diupayakan pada alur sungai yang relatif lurus sehingga akan mengurangi resiko abrasi bibir sungai yang bisa berdampak serius pada keamanan posisi pilon jembatan gantung.
3. Letak (titik) posisi pilon jembatan gantung harus mengambil jarak yang aman dari bibir sungai agar didapatkan tanah dengan stabilitas yang cukup baik dan terhindar dari resiko abrasi.
4. Penentuan Muka Air Banjir (MAB) tertinggi dengan menanyakan kepada penduduk di sekitar lokasi jembatan terutama kepada penduduk yang sudah cukup berusia lanjut sehingga bisa didapatkan data posisi MAB tertinggi dalam periode yang relatif cukup lama.
5. Level posisi lantai jembatan harus ada ruang (jarak) yang cukup dengan level Muka Air Banjir (MAB), hal ini dimaksudkan agar bila banjir terjadi dan membawa material hanyut tidak menerjang lantai jembatan. Untuk sungai yang bila banjir membawa material hanyutan yang cukup besar seperti batang pohon yang hanyut dari hulu maka jarak (ruang) bebas di atas MAB perlu lebih besar lagi, perlu dipertimbangkan lebih dari dua meter.
6. Pemilihan material untuk pembangunan jembatan gantung juga perlu diperhatikan dengan baik. Untuk material pilon, pastikan kualitas kayu yang terbaik dan dimensi yang cukup aman. Material utama jembatan gantung lainnya, yakni seling baja, juga harus dipastikan dengan kualitas baik dengan dimensi sesuai standar aturan yang berlaku.
7. Pekerja utama yang terlibat dalam pembuatan jembatan gantung juga harus dipilih tukang dan mandor (pengawas) yang berpengalaman sehingga mampu menterjemahkan gambar rencana (desain) dengan baik dan mampu mempertimbangkan aspek keamanan dalam pelaksanaannya.
8. Sudut kabel di menara (pilon) antara horizontal dan kabel bentang utama (a) serta sudut kabel di menara (pilon) antara horizontal dan kabel anker (b) perlu diperhatikan dengan baik sehingga keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada kabel dapat tercapai.
9. Mengingat pekerjaan jembatan gantung termasuk kegiatan yang cukup beresiko untuk gagal konstruksi maka supervisi yang intensif perlu dilakukan melalui pembimbingan, arahan dan instruksi yang jelas kepada kepala tukang agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan desain dan spesifikasi yang direncanakan.
Dengan diperhatikannya titik-titik kritis dalam pekerjaan jembatan gantung pilon konstruksi kayu ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam membuat desain jembatan gantung dan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga jembatan gantung yang dibangun dapat berfungsi dengan baik dan aman untuk digunakan. Salam bangga membangun desa.@wry
