Notification

×

Iklan

Iklan

perjuangan hidup

Selasa, 09 April 2013 | April 09, 2013 WIB Last Updated 2022-07-12T12:58:14Z
Aku tak tahu bagaimana aku dilahirkan, aku hanya ingat bagaimana aku saat aku masih duduk di kelas IV SD. Saat itu, aku teringat deritaku dengan hidup di keluarga yang perekonomiannya sangat lemah, rumah berdindingkan bambu, beratapkan daun ilalang yang kering dan berlantaikan tanah. Setiap malam, aku, bapak dan ibuku harus tidur di atas karpet yang tak mampu menahan hawa dingin dari tanah, lampu remang2 buatan bapak ku sendiripun tak mampu menghangatkan ku. Setiap malam kami berjuang melewatkannya, walau terkadang hujan dan tidur dengan posisi du2k. Aku sedih, dan tak tahan teteskan air mata, tapi tangisku selalu berhenti setiap ibuku menidurkanku di atas pangkuannya, sambil bisikan "suatu hari nanti kita pasti akan punya rumah besar, dengan kasur yang tebal,dan selimut yang hangat".

Perabotan rumah tangga tempat bapak ku bekerja menjadi harapan keluarga kami. Walau yang di dapat sangat kurang, namun cukup untuk kami mengisi kekosongan perut. apalah arti seorang seniman kayu yg setiap hari nya mengorek dan memahat kayu untuk perabotan rumah tangga. Namun semangat bapak ku yang selalu ku banggakan tetap membara. Kulitnya yg hitam, legam, yang nampak dibakar oleh matahari dibasahi oleh keringatnya yang mengucur deras, tapi bapak ku slalu tersenyum saat kekurangan ekonomi menjadi masalah besar yang diperdebatkan di keluarga kami.

"Belajarlah yang rajin nak, kelak kaulah yang akan merubah dunia", kata bapak ku yang selalu membuatku menjadi seorang juara di kelas. Tapi pada saat itu, apa gunanya bagi keluargaku,aku tak bisa membeli sekantong beras dengan raport predikat rangking 1, hadiah 2 buah buku dan 1 buah pencil. Hanya senyuman bangga dari keluargaku yang semntara ku dapat. "Bapak, Ibu, sabarlah, kelak Bapak dan Ibu tak perlu lagi bekerja dan menderita seperti ini, gaji ku akan memberikan lebih dari apa yang bapak dan Ibu harapkan" khayalku yang hilang karna pikiran sehatku yang mengatakn semua itu TAK MUNGKIN.

Sering ku menyendiri duduk termenung di pojok sekolahku, menghayalkan betapa indahnya hidup dengan rumah bertingkat, kamar ber-AC dan lengkap dengan TV dan sound systemnya. huh, untuk makan saja, bapakku rela melukai tangannya mengangkat kayu yang berat dan memahat nya untuk dijadikan perabotan. "Teng teng teng" suara bel berbunyi tanda semua murid boleh pulang, tapi dalam perjalanan ku, tak sengaja ku melihat sebuah pengumuman di mading bahwa akan diadakannya lomba lompat tinggi yang berhadiahkan bea siswa untuk sekolah SMP Negeri. "Aku harus mencoba, demi meringankan beban orang tuaku" kataku dalam hati yang mencoba untuk membangkitkan semangatku.

Tanpa mengabari dan meminta izin kepada bapak ku, akupun mengikuti lomba tersebut, doa, semangat dan latihan yang keras menjadi modal utamaku, hingga akhirnya aku bisa mendapatkan bea siswa tersebut. Dengan bahagia, tersenyum lebar dan rasa tak sabar untu menceritakan lombaku aku pulang mengenggam piala di tangan ku. Tapi apa yang terjadi,sesampainya qu dirumah aku meliahat saudara ku telah lahir. dan kebahagiaan ku bertambah dengan kehadiran adik ku itu.

Kini hari2 terasa ramai, dengan kehadiran seorang bocah kecil yang diberinama MISLUL, aku sangat yakin suatu saat nanti ketika kami dewasa akan ada jalan untuk kami berdua membahagiakan orang tua kami, biasiswa dari perlombaan itu ku pergunakan dengan baik untuk masa depan keluarga kami, meskipun aku akan jauh dari keluarga ku, setahun kemuadian aku menduduki bangku menengah pertama di SMP N 3 Sawang.


Walaupun aku jauh dari adik ku itu aku tetap bersikeras berjuang untuk berhasil dan membawakan buah keberhasilan untuk keluarga ku. hari-hari ku penuhi dengan kerja untuk jajan ku sehari-hari, dengan satu harapan besar untuk berhasil.

14 tahun kemuadian ku telah berhasil menduduki bangku perkuliahan dengan menyandang beasiswa bidikmisi yang salurkan untuk siswa yang berprestasi dan kurang mampu, dan pastinya adik ku telah menduduki bangku sekolah menengah atas. sebelum kupergi kami pernah menjanjikan untuk membahagiakan keluarga kami dengan semangat yang keras dan doa kepada maha kuasa.

Setalah setahun kami buat perjanjian itu adik ku MISLUL di landa musibah kecelakaan dan dan meninggal dunia, hati ku sangat hancur mendengar berita itu terasa ku ku kehilangan dia dan meninggalkan kesan dan pesan besar yang harus ku selsaikan sendiri. ku sangat kehilangan dia, kami belum sempat membawakan hasil maksimal untuk membahagiakan keluarga kami,

Inilah kisah ku, saat ini aku masih berusaha untuk mencerahkan masa depan adik2ku yang kini sekolah di bangku SMP dan SD. semoga allah memperkenankan niat Alm Mislul dan keluarga kami untuk berhasil dan hidup berkecukupan, dan aku berjanji untuk meneruskan kesepakatan antara aku dan adik ku untuk menyekolah kan adik2 kami, dan alm Mislul senang dan tenang di alam sana. Amin ya rabb..........

Oleh : Azharul & Mislul
Email : azharul48@gmail.com
×
Berita Terbaru Update